Awas PD 3 Pecah Dekat RI, AS Tambah Pangkalan Militer di Sini

FS Vendemiaire dan #USSCharleston transit di Laut Filipina. (Tangkapan Layar via Twitter @USNavy)

Filipina akan segera mengumumkan lokasi empat pangkalan militer tambahan di wilayahnya, di mana pejabat menyebut lokasi tersebut boleh digunakan oleh tentara Amerika Serikat (AS).

Mengutip AFP pada Selasa (21/3/2023), kedua sekutu tersebut sepakat untuk memperluas kerja sama di bidang strategis negara itu bulan lalu. Langkah ini diambil untuk melawan China atas klaimnya terhadap Taiwan dan pembangunan pangkalannya di Laut China Selatan.

Perjanjian bernama Enhanced Defense Cooperation Agreement atau EDCA pada 2014 memberi pasukan AS akses ke lima pangkalan di Filipina. Itu telah diperluas menjadi sembilan, tetapi lokasi dari empat pangkalan tambahan belum terungkap karena pemerintah masih berkonsultasi dengan pejabat setempat.

Namun telah dilaporkan bahwa dua lokasi pangkalan akan berada di provinsi utara Cagayan, kurang dari 400 kilometer dari Taiwan.

Meski begitu, Gubernur Cagayan Manuel Mamba secara terbuka menentang memiliki situs EDCA di provinsinya. Ia beralasan pangkalan tersebut takut membahayakan investasi China dan menjadi target dalam konflik atas Taiwan.

Sementara itu, penjabat kepala pertahanan Filipina Carlito Galvez mengatakan pada Senin bahwa pemerintah telah memutuskan di lokasi tersebut dan Mamba telah setuju untuk mematuhi keputusannya.

“Kedua negara akan mengumumkan secepatnya (lokasi),” kata Sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall pada konferensi pers bersama dengan Galvez dan pejabat lainnya.

Galvez dan Kendall berada di Pangkalan Udara Basa, sebelah utara ibu kota Manila, tempat Amerika Serikat menginvestasikan US$ 24 juta untuk meningkatkan landasan pacu sepanjang 2,8 kilometer. Basa adalah salah satu dari lima pangkalan yang awalnya termasuk dalam EDCA.

Perjanjian tersebut memungkinkan pasukan AS untuk berputar melalui pangkalan dan juga menyimpan peralatan serta persediaan pertahanan di sana.

Pakta itu terhenti di bawah mantan presiden Rodrigo Duterte, yang lebih menyukai China daripada AS. Tetapi Presiden Ferdinand Marcos Jr., yang menggantikan Duterte Juni lalu, telah mengadopsi kebijakan luar negeri yang lebih bersahabat dengan AS dan mempercepat implementasi EDCA.

Pangkalan baru AS di Filipina sendiri juga dapat memberikan efek besar kepada Indonesia. Pasalnya Taiwan disebut-sebut menjadi wilayah yang rentan menjadi tempat meledaknya Perang Dunia 3.

Robert Farley, pengajar studi keamanan dan diplomasi di The Patterson School di AS, mengatakan setahun terakhir, Taiwan jadi titik panas antara China dan AS. China menganggap Taiwan sebagai provinsinya namun pulau itu sebaliknya.

Meski belum mengakui kemerdekaan Taiwan, AS sudah menyokong sejumlah hal untuk Taipei termasuk militer.

“China dapat meluncurkan serangan … yang dirancang untuk membuat pasukan AS dan Taiwan tidak menyadarinya,” katanya, mengutip 19 fortyfive. “Dalam segala kemungkinan, eskalasi akan sulit untuk dikelola oleh kedua belah pihak dan perebutan akses ke Taiwan dapat dengan cepat berubah menjadi perang umum.”

Selain Taiwan, Farley juga menyebut wilayah lain yang berpotensi menjadi lokasi pecahnya perang tersebut, yakni Iran, Korea Utara, dan Himalaya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*