Ngeri, 5 Konflik Ini Bisa Buat Perang Dunia III ‘Meledak’

Kendaraan artileri self-propelled Rusia, tank dan kendaraan militer berkumpul di jalan Tverskaya menuju Lapangan Merah selama latihan untuk parade militer Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, Rabu (4/5/2022). Pawai akan berlangsung di Lapangan Merah Moskow pada Mei 9 untuk merayakan 76 tahun kemenangan dalam Perang Dunia II. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

Ramalan di mana Perang Dunia 3 bakal pecah kembali muncul. Ini dimuat Business Insider mengutip kontributor 19FortyFive, Dr Robert Farley.

Farley sendiri adalah pengajar keamanan dan diplomasi Patterson School sejak 2005. Setidaknya ada lima wilayah konflik yang bisa memicu peperangan mengerikan itu menurutnya.

Berikut penuturan lengkapnya, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (13/1/2023).

Ukraina

Kekhawatiran ini didasarkan pada eskalasi perang. Bukan dari Amerika dan Barat, tapi dari Rusia Ukraina sendiri.

“Ketidakmampuan Rusia untuk membuat kemajuan dapat mengancam stabilitas pemerintahan Presiden Vladimir Putin, mendorong Moskow untuk mempertimbangkan eskalasi yang berbahaya,” tulisnya.

“Kekhawatiran atas kemampuan Ukraina untuk melanjutkan perang dalam jangka panjang mungkin memaksa Kyiv untuk mengambil langkah berisiko sendiri untuk memecahkan kebuntuan,” tambahnya.

“Pemerintahan Biden dan sekutunya di Eropa sangat berhati-hati dengan risiko eskalasi, tetapi Washington tidak memegang semua kartu. Kyiv atau Moskow mungkin bersedia menerima risiko konflik yang lebih luas, konflik yang dapat berkembang menjadi Perang Dunia 3,” ungkapnya lagi.

Perlu diketahui, perang Rusia-China sendiri sudah dimulai sejak Februari 2023. Ribuan nyawa melayang dan butaan mengungsi dalam krisis terbesar di Eropa itu.

Taiwan

Permasalahan Taiwan dan China bisa menjadi pemicu Perang Dunia 3. China menganggap Taiwan adalah bagian dari negaranya sementara pulau itu tidak.

Tak jarang Presiden Xi Jinping memberi kode mempertahankan Taiwan sampai habis. Di 2022, sejumlah ‘serangan’ berupa diterjunkannya jet tempur China ke ADIZ Taiwan embuât situasi makin tak kondusif.

“Kesediaan pemerintahan Biden untuk mengambil posisi retoris yang berisiko pada pertahanan Taiwan pun menunjukkan bahwa Washington memiliki keprihatinan nyata atas prospek serangan China,” tulis media itu.

Turki vs Yunani

Ketegangan antara Yunani dan Turki telah meningkat selama setahun terakhir. Ini sebagian besar didorong oleh perubahan kebijakan luar negeri Turki terkait “harta karun negara itu”.

“Perselisihan antara Athena dan Ankara mengenai eksplorasi energi di Laut Aegea telah mendorong ketegangan saat ini, meskipun ketidaksepakatan teritorial yang mendasari argumen tersebut telah ada selama beberapa dekade,” tulis 19FortyFive.

Perlu diketahui kedua negara adalah anggota dan sekutu NATO. Meskipun tidak mungkin sekutu NATO akan secara terbuka menyerang NATO lainnya, konflik di masa lalu telah membawa kedua negara ke ambang perang.

Setiap pertarungan antara Turki dan Yunani akan segera melibatkan NATO. Ini diyakini pasti akan menghasilkan intervensi musuh Barat, misalnya Rusia, yang dilaporkan sejumlah negara Barat mulai dekat denna Turki.

Semenanjung Korea

Selama beberapa bulan terakhir, ketegangan antara Seoul dan Pyongyang terus terjadi. Korea Utara (Korut) selama 2022, kerap melakukan udi coba nuklir dengan tembakan puluhan rudal ke Laut Jepang yang disebut Korsel dan sekutu “memprovokasi” kawasan.

Ini menambah panas situasi. Belum lagi munculnya AS dan Jepang sebagai sekutu Korsel.

Korut sendiri diketahui di-backup China dan Rusia. Beberapa kali pembelaan dilakukan kedua negara saat Korut terus melakukan uji coba senjata.

China vs India

Bukan hanya Taiwan, China juga bermasalah dengan India. Ini terkait wilayah perbatasan di Himalaya.

China dan India mengeklaim sebagian besar wilayah di sepanjang perbatasan sepanjang 3.500 km. Daerah itu disebut Garis Kontrol Aktual.

“Baik China maupun India tidak mundur dari konflik,” katanya.

“Sementara pertempuran sejauh ini tetap sangat terbatas, keinginan untuk mempertahankan prestise nasional dapat dengan cepat menjadi racun bagi bahkan pemimpin yang paling bijaksana dan paling masuk akal,” tambahnya.

Sebenarnya kedua negara sempat bersengketa skala punuh di 1962 namun berhasil melakukan gencatan senjata. Pada 2003, utusan khusus ditugaskan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut tetapi hampir satu dekade kemudian, perbatasan tetap tidak ditentukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*